Cool Red Outer Glow Pointer

Minggu, 08 November 2015

KEDISIPLINAN SISWA


  1. Pengertian Kedisiplinan
Secara etimologis, “disiplin” berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya adlah discipline, yang berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.
Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin. Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah “suatu tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan”.  Tulus Tu’u mengartikan kedisiplinan sebagai kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan mentaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, jika dirinya berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya di masa mendatang.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.

  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan di Sekolah
Sikap disiplin akan terwujud jika ditanamkan disiplin secara serentak di semua lingkungan kehidupan masyarakat, termasuk dalam lingkungan pendidikan, lembaga dan lingkungan pekerjaan. Penanaman disiplin nasional harus berlanjut dengan pemeliharaan disiplin dan pembinaan terus menerus, karena disiplin sebagai sikap mental dapat berubah dan dapat dipengaruhi lingkungan sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan di sekoah adalah:
1)        Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri elemen sekolah itu sendiri, baik dari kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan yang dipengaruhi faktor internal ini meliputi:


a)        Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Seorang guru atau siswa yang memiliki perhatian yang cukup dan kesadaran yang bai terhadap aturan-aturan yang ditetapkan sekolah sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kesadaran mereka untuk melakukan perilaku disiplin di sekolah.
b)        Emosi
Emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Emosi merupakan warna afektif yang menyertai sikap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud dengan warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami seseorang pada saat menghadapi suatu situasi tertentu. Contohnya: gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci dan sebagainya. Zakiah Darajat menyatakan bahwa sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan emosinya.
Emosi sangat menentukan sekali terhadap kedisiplinan di sekolah. Karena emosi menggerakkan rasa kepedulian guru dan siswa atau komponen sekolah lainnya dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan di sekolah.

2)        Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor luas yang sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan di sekolah. Faktor ini meliputi:
a)        Sanksi dan hukuman
Menurut Kartini Kartono, bahwa “hukuman adalah perbuatan yang secara intensional diberikan sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin diarahkan untuk membuka  hati nurani dan penyadaran si penderita  akan kesalahannya”.
Fungsi hukuman dalam pendidikan sebagai alat untuk memberikan sanksi kepada guru, siswa dan komponen sekolah lainnya terhadap pelanggaran yang telah dilakukan, sehingga sanksi atau hukuman ini adalah sebagai bentuk penyadaran. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto dengan teori sistem motivasi yaitu teori yang mengatakan bahwa :
“Jika individu mendapat hukuman, maka akan terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi dalam sistem motivasi tersebut mengakibatkan penurunan pada individu untuk mengulangi atau menurunkan frekuensi perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan timbulnya hukuman yang bersangkutan”.

b)        Situasi dan kondisi sekolah
Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa faktor situasional sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku manusia seperti faktor ekologis, faktor rancangan dan arsitektural, faktor temporal, suasana perilaku dan faktor sosial. Tetapi manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku manusia memang merupakan hasil interaksi yang menarik antara keunikan individu dengan keunikan situasional.

  1. Bentuk-bentuk Kedisiplinan di Sekolah
Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Perkembangannya pada anak sangat dipengaruhi oleh faktor “ajar” atau pendidikan. Displin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu kesediaan bereaksi atau bertindak terhadap objek atau keadaan tertentu. Sikap selalu dihadapkan pada pilihan untuk menerima atau menolak, bertindak positif atau negatif. Sikap (sering disebut sikap mental) berkembang dalam proses keinginan untuk mendapat kepuasan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua keinginan dapat terpenuhi, karena keinginan banyak orang beraneka ragam sehingga perlu adanya peraturan, tata tertib, nilai atau norma yang harus dipatuhi.
Agar dapat memenuhi atau menahan keinginan tersebut, individu yang bersangkutan harus dapat menahan diri, menguasai diri untuk tunduk pada peraturan dan patuh pada nilai atau norma yang berlaku. Disiplin selain berhubungan dengan penguasaan diri juga dengan rasa tanggung jawab. Orang yang disiplin cenderung patuh, mendukung dan mempertahankan tegaknya peraturan dan nilai yang berlaku. Sikap ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab yang dapat berkembang menjadi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk merealisasikan kedisiplinan sekolah, maka kedisiplinan sekolah dapat berupa:
1)        Disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah
Tata tertib sekolah dibuat dan disusun dengan tujuan menolong siswa menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kedisiplinan di sekolah kaitannya dengan mentaati tata tertib pada dasarnya menjadi alat pendidikan bagi pengembangan kepribadian yang lebih dewasa.
Berkenaan dengan ini, jika ada guru atau siswa yang melanggar, mereka diberi sanksi yang mendidik. Bila ada yang melanggar berungkali, diberi sanksi yang lebih berat dan lain sebagainya.
2)        Disiplin waktu sekolah
Waktu adalah suatu hal yang tidak ternilai harganya. Karena waktu merupakan masa yang berjalan, sehingga orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, maka akan digilas oleh waktu.
Pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan bagian yang integral dari perilaku disiplin. Oleh karena itu, disiplin waktu dalam sekolah tidak hanya bagi guru, namun juga bagi siswa. Sehingga dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, seseorang akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam sekolah, pemanfaatan waktu yang kurang baik akan menganggu proses belajar mengajar. Misalnya, seorang guru yang datang terlambat mengajar, maka akan rugi terhadap waktu yang tinggalkan. Siswa yang tidak memanfaatkan waktunya untuk belajar, maka sudah barang tentu akan ketinggalan materi yang dipelajari.
3)        Disiplin dalam berpakaian
Meskipun seseorang dapat memakai pakaian sesuai dengan keinginannya, namun dalam hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam lingkungan sekolah. Melatih siswa untuk berseragam adalah mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri siswa yang bersih, peduli diri sendiri. Namun demikian, jika hal itu tidak ditunjang oleh guru yang berpakaian dengan baik, maka siswa juga akan sembarangan dalam berpakaiannya.

  1. Siswa
1)        Pengertian Siswa
Kata “murid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian orang yang sedang berguru. Menurut Ahmad Warson Al-Munawwir dalam kamusnya “al-Munawwir” bahwa “murid” adalah orang yang masa-masa belajar. Sedangkan kata “murid” menurut John M. Echold dan Hassan Shadily adalah orang yang belajar (pelajar).
Istilah lain yang berkenaan dengan murid (pelajar) adalah al-thalib. Kata ini berasal dari bahasa Arab, thalaba, yathlubu, thalaban, thalibun yang berarti “orang yang mencari sesuatu”. Pengertian ini dapat dipahami karena seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal kehidupannya di masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat.   
Kata al-thalib ini selanjutnya lebih digunakan untuk pelajar pada perguruan tinggi yang selanjutnya disebut mahasiswa. Penggunaan kata al-thalib untuk mahasiswa dapat dimengerti karena seorang mahasiswa sudah memiliki bekal pengetahuan dasar yang ia peroleh dari tingkat pendidikan dasar dan lanjutan, terutama pengetahuan tentang membaca, menulis dan berhitung. Dengan bekal pengetahuan dasar ini, ia diharapkan memiliki bekal untuk mencari, menggali dan mendalami bidang keilmuan yang diminatinya dengan cara membaca, mengamati, memilih bahan-bahan bacaan, seperti buku-buku, surat kabar, majalah, fenomena sosial melalui berbagai peralatan dan sarana pendidikan lainnya, terutama bahan bacaan. Bahan bacaan tersebut setelah dibaca, ditelaah dan dianalisa selanjutnya dituangkan dalam berbagai karya ilmiah seperti artikel, makalah, skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian dan lain sebagainya.
Istilah al-thalib selanjutnya banyak digunakan oleh para ahli pendidikan Islam klasik sampai dengan zaman sekarang ini. Di antara yang menggunakan istilah al-thalib adalah Imam al-Ghazali. Dalam hubungan ini ia mengatakan: bahwa al-thalib bukan kanak-kanak yang belum dapat berdiri sendiri, dan dapat mencari suasana, melainkan ditujukan kepada orang yang memiliki keahlian, berpengetahuan, mencari jalan dan mendahulukan sesuatu yang bermanfaat baginya. 
Kesempatan belajar yang diciptakan dosen adalah agar merangsang para mahasiswa belajar, berfikir, melakukan penalaran yang memungkinkan para mahasiswa dan dosen tercipta hubungan sebagai mitra. Minat dan pemahaman, timbal balik antara dosen dan mahasiswa ini akan memperkaya kurikulum dan kegiatan belajar mengajar pada bersangkutan.
Dengan demikian, dalam arti al-thalib, seorang murid lebih bersifat aktif, mandiri, kreatif dan tidak bergantung kepada guru. Bahkan dalam beberapa hal ia dapat meringkas, mengkritik dan menambahkan informasi yang disampaikan oleh guru atau yang lebih dikenal sebagai dosen atau supervisor. Dalam kontek ini seorang dosen harus bersikap demokratis, memberi kesempatan dan menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong mahasiswa untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

2)        Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan siswa dalam lingkungan sekolah memiliki peranan yang sangat penting. Sikap disiplin dalam sekolah adalah sangat perlu, karena kedisiplinan akan menghasilkan karya yang diharapkan. Jika koki kurang berdisiplin dengan memberi garam, kecap, atau cabai terlalu banyak, rasa makanan tidak enak.
Bentuk-bentuk kedisiplinan siswa di sekolah adalah sebagai berikut:
a)        Kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah
Tata tertib sekolah pada dasarnya merupakan rangkaian aturan/kaidah dan berisi aturan positif yang harus ditaati oleh elemen sekolah. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap tata tertib yang telah diberlakukan sekolah, maka akan menimbulkan sanksi.
Tata tertib di sekolah bagi siswa adalah bagaimana siswa melaksanakan aturan yang telah ditentukan sekolah, misalnya berseragam, bersepati dan lain sebagainya. Peraturan ini ditetapkan sebagai upaya untuk menciptakan kedisiplinan bagi siswa dan mendidik sikap dan perilakunya dalam lingkungan sekolah.
b)        Kedisiplinan belajar di sekolah
Belajar mengajar menurut W.H. Burton sebagaimana dikutip oleh Moh. Uzer Usman didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

0 komentar:

Posting Komentar